Kajian Filsafat Akuntansi
Akuntansi menurut Suwardjono (2005) adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaaan (teknologi) penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Secara filosofis terdapat tiga pendalaman dalam posisi akuntansi berada yaitu
1. Akuntansi sebagai Seni
Pada dasarnya seni adalah ungkapan perasaan seniman yang disampaikan kepada orang lain agar mereka merasakan apa yang dirasakan oleh seorang seniman. Pada pandangan dalam akuntansi sebagai seni, pada dasarnya seorang akuntan tidak hanya menggunakan teori dan praktik akuntansi tetapi juga menggunakan kreativitas dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilapangan. Dengan kata lain akuntansi sangat erat dengan pemikiran dan penafsiran pribadi yang dilakukan oleh praktisi, sehingga sukar merumuskannya dalam formula matematis.
Terdapat pemikiran lain bahwa akuntansi bukanlah seni, Suwardjono (2005) menyatakan bahwa akuntansi sebagai seni tidak tepat untuk di masa saat ini, kecenderungan akuntansi merupakan seni adalah apabila dikerjakan secara konvensional, pada era saat ini akuntansi diakomodir melalui teknologi.
2. Akuntansi sebagai Ilmu
Suriasumantri (1998) menafsirkan bahwa ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alam tersebut tidak lagi penjelajahan praduga apakah nilai tersebut bersumber dari moral, ideologi, atau kepercayaan, metafisis ilmu harus bebas dari nilai. Kriteria dapat dikatakan sebagai ilmu adalah
a) Koherensi
Seperangkat pernyataan yang diturunkan dengan logis atau bernalar dari asumsi atau premis yang mendasari.
b) Korespondensi
Penentuan apakah kesimpulan yang dihasilkan dari teori yang mendasarinya didukung oleh fakta yang empiris di dunia nyata.
c) Keterujian
Terdapatnya metode yang cukup meyakinkan untuk menguji teori.
d) Universal
Kriteria untuk menentukan apakah pernyataan-pernyataan (teori) mampu untuk mencakupi dan menjelaskan fakta yang berkaitan dengan fenomena yang dibahas.
Triyuwono (2000) berpendapat lain bahwa akuntansi tidak bebas nilai karena akuntansi telah dijadikan sebagai alat untuk melegimitasi dan mendukung ideologi kapitalis dan materialis atau penguasa organisasi. Suwardjono (2005) akuntansi bukan bersifat ilmu, dikatakan bahwa bukan berarti akuntansi bersifat ilmiah. Dalam proses pemahaman, pembelajaran, dan pengembangan akuntansi, pendekatan atau sikap ilmiah tetap dapat diterapkan karena pendekatan dan sikap akan memberikan keyakinan yang tinggi terhadap apa yang dihasilkan oleh akuntansi.
3. Akuntansi sebagai Teknologi
Teknologi adalah seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan sesuatu (barang) yang bermanfaat, dan sarana pemecahan masalah serta untuk mencapai tujuan tertentu. Akuntansi sebagai Teknologi merupakan seperangkat teknologi yang dapat memiliki sifat lebih bermanfaat dan memiliki pengaruh terhadap kehidupan sosial tertentu. Akuntansi dirancang untuk memperlancar kegiatan ekonomik dan oleh karenanya akuntansi berfungsi teknologi untuk kepentingan (kebijakan) politik.
Atas dasar ketiga posisi filsafah keilmuan akuntansi bahwasanya akuntansi bisa dikaji melalui sains bebas nilai dan tidak bebas nilai, hal ini tergantung pada perilaku para akuntan sendiri. Akuntansi lebih memiliki pendekatan ke teknologi, sehingga seperangkat pengetahuan akuntansi harus dikembangkan sesuai dengan teknologi agar lebih bermanfaat dan memiliki pengaruh pada kehidupan sosial tertentu.
Filosofi Paradigma Metodologi Pengetahuan
Pengetahuan dibangun berdasarkan asumsi filosofis tertentu. Burrel dan Morgan (1973) dalam Khomsiyah dan Indriantoro (2000) asumsi filosofis tersebut adalah Ontology, Epistemology, Human Nature, dan Methodology. Ontologi berhubungan dengan hakekat atau sifat dari realitas atau obyek yang akan diinvestigasi. Epistemologi berhubungan dengan sifat dari ilmu pengetahuan, apa bentuknya, dan bagaimana mendapatkannya, serta bagaimana menyebarkannya. Perhatian pada epistemologi ini adalah bagaimana memberikan perhatian pada penyerapan ilmu pengetahuan dan mengkomunikasikannya. Pendekatan subyektivisme (anti positivisme) memberikan penekanan bahwa ilmu pengetahuan sangat subyektif, spiritual, atau bersifat transedental yang didasarkan atas pengalaman dan pandangan manusia. Hal ini berbeda dengan pendekatan obyektifisme (positivism) yang berpandangan bahwa pengetahuan itu berbentuk tangible. Burrel dan Morgan (1979) memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu melihat keterkaitan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan voluntarisme memberikan penekanan pada esensi manusia berada di dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial sebagai free will and choice. Manusia dipandang sebagai creator dan mempunyai perspektif untuk menciptakan fenomena sosial dengan kreatifitasnya. Sebaliknya, pendekatan determinisme memandang manusia dan aktivitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan dimana dia berada. Metodologi dipahami sebagai cara untuk menentukan teknik yang tepat untuk pengetahuan. Pendekatan ideographic yang memiliki unsur utama subyektivisme melandaskan pandangan bahwa seseorang akan dapat memahami dunia sosial dan fenomena yang diinvestigasi, apabila dia mendapatkan dari first hand knowledge. Sebaliknya pendekatan nomoethic mempunyai protokol sistem dan teknik. Ringkasnya Burel dan Morgan menggambarkan asumsi tersebut sebagaimana gambar berikut :
Asumsi-asumsi filosofis tersebut , Burrel dan Morgan (1979) mengelompokkan pengetahuan dalam empat paradigma yaitu functionalist, interpretive, radical humanist, dan radical structualist.
Pendekatan Ilmiah dalam Penelitian Akuntansi
Penelitian dan pengujian dilakukan bertujuan untuk menemukan suatu kebenaran dalam suatu kebenaran ilmu pengetahuan. Beda (2020) mengemukakan bahwa pendekatan ilmiah dapat berupa:
1. Obeserving (mengamati)
Dimana peneliti mampu mengamati obyek yang akan dipelajari.
2. Questioning (menanya)
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamatinya atau pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.
3. Associating (menalar/mengolah informasi)
Dalam konteks ini semua informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil mengamati, membaca, atau percobaan dinarasikan.
4. Experimenting (mencoba)
Pada tahap ini siswa dapat melakukan eksperimen, membaca referensi lain dan atau mengamati objek atau peristiwa, melakukan wawancara denban narasumber.
5. Networking (membentuk jejaring)
Pada tahap ini peneliti memberikan hasil laporan untuk dipublikasikan dan mendapat respon dari pembaca.
Ciri-ciri penelitian Ilmiah
Sekaran dan Bougie (2017) Ciri atau karakteristik utama penelitian ilmiah terdapat dalam daftar berikut :
1. Tujuan yang jelas
Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan persyaratan tujuan yang jelas.
2. Teliti
Dasar teori yang baik dan desain metodologi yang lengkap akan menambah ketelitian (rigor) studi dengan tujuan yang jelas.
3. Dapat diuji
Ciri dapat diuji adalah kualitas yang berhubungan dengan hipotesis studi.
4. Dapat diulang
Penelitian yang temuan dan kesimpulannya lebih meyakinkan apabila temuan yang dihasilkan sama muncul berdasarkan data yang dikumpulkan oleh organisasi lain.
5. Tepat dan Keyakinan
Ketepatan mengacu pada kedekatan temuan dengan realitas berdasarkan sampel. Sedangkan keyakinan adalah mengacu pada probabilitas bahwa estimasi kita tepat. Oleh sebab itu teliti saja tidak cukup dan hal terpenting adalah kita meyakini bahwa harus 95% benar dan kemungkinan salahnya hanya 5%.
6. Objektivitas
Kesimpulan yang ditarik dari interprestasi hasil analisis data harus objektif yaitu harus berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari data aktual dan bukan dari pandangan subyektif.
7. Dapat digeneralisasi
Mengacu pada cakupan penerapan temuan penelitian dalam satu konteks organisasi ke konteks organisasi lainnya.
8. Hemat
Kesederhanaan dalam menjelaskan fenomena atau persoalan yang muncul dan dalam menghasilkan solusi untuk permasalahan, selalu lebih dipilih untuk kerangka penelitian yang kompleks yang meliputi sejumlah faktor untuk permasalahan.
Pendekatan Alternatif untuk Penelitian
Mengikuti pendekatan ilmiah untuk penelitian seharusnya dapat membantu peneliti mendapatkan kebenaran terkait subjek penelitian. Semua pendekatan didasarkan keyakinan tentang dunia di sekitar. Terdapat studi filosofis apa yang dikatakan “ada” atau disebut ontologis. Perdebatan tentang sifat pengetahuan atau bagaimana kita mengetahui atau disebut epistemologi memiliki sejarah panjang dan tidak terbatas pada penelitian bisnis saja.
Perspektif paling penting untuk penelitian dalam akuntansi atau bisnis terbagi menjadi :
a. Positivisme
Dalam pandangan positivis, dunia, ilmu pengetahuan, dan penelitian ilmiah dipandang sebagai cara untuk mendapat kebnearan. Positivis percaya tidak ada kebenaran objektif. Bagi positivisis dunia berjalan dengan hukum sebab akibat yang dapat kita pahami jika kita menggunakan pendekatan ilmiah dalam penelitian. Para positivis memerhatikan ketelitian dan sifat dapat diulang dari penelitian mereka. Mereka menggunakan penalaran deduktif untuk menyatakan teori yang dapat mereka uji dengan metode desain penelitian tetap yang ditentukan sebelumnya dan ukuran yang objektif. Pendekatan utama dari peneliti positivis adalah observasi. Positivis percaya bahwa tujuan penelitian adalah hanya untuk menjelaskan fenomena yang dapat diamati secara langsung dan diukur secara objektif oleh seseorang. Bagi mereka, pengetahuan di luar hal tersebut seperti emosi, perasaan, dan pikiran adalah tidak mungkin.
b. Constructionism
Menolak keyakinan positivis bahwa kebenaran objektif. Pandangan konstuktionis adalah bahwa dunia pada dasarnya adalah mental dan dibangun dengan mental. Penekanan yang dimunculkan adalah bagaimana orang-orang membangun pengetahuan yang mana mempelajari alasan yang orang-orang berikan untuk permasalahan dan topik. Metode penelitian konstruksionis adalah cenderung kualitatif.
c. Realisme Kritis
Realisme kritis adalah pentingnya kemampuan kita untuk memahami dunia dengan kepastian. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan tujuan tersebut meskipun hal tersebut tidak mungkin untuk dicapai.penganut realisme kritis percaya bahwa peneliti tidak terlepas dari bias. Pendapat utama mereka adalah bahwa kita perlu menggunakan triangulasi untuk berbagai metode yang tidak sempurna dan memiliki kesalahan, observasi, serta peneliti untuk mendapatkan ide yang lebih baik terkait apa yang sedang terjadi di sekitar kita.
d. Pragmatisme
Aliran pragmatisme tidak menerima pendapat tertentu tentang apa yang membuat tentang apa yang membuat penelitian bagus. Mereka merasa bahwa baik penelitian pada fenomena objektif yang dapat diobservasi dan makna subjektif dapat menghasilkan pengetahuan yang berguna dalam penyelesaian bisnis. Pragmatisme menjelaskan penelitian sebagai proses di mana konsep dan arti (teori) merupakan generalisasi dari tindakan dan pengalaman kita di masa lalu, dan interaksi yang kita miliki dengan lingkungan kita. Dengan demikian penganut paham pragmatisme menekankan pada sifat penelitian yang dibangun secara sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Beda, Elis. 2020. Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Akuntansi. Journal of Education and Instruction Vol. 3, Nomor 2, Desember 2020.
Burrell, Gibson, dan Gareth Morgan. 1979. Sociological Paradigms and Organizational Analysis. New Hampshire: Heinem.
Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 2000. Metode Penelitian Akuntansi Keperilakukan: Pendekatan Filsafat Ilmu. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 2 No.2, Agustus 2000, 89-102.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Sudibyo, Bambang. 1987. Rekayasa Akuntansi dan Permasalahannya di Indonesia. Media Akuntansi Juni.
Suriasumantri, Jujun S. 1998. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi-Perekayasaan Akuntansi Keuangan. Yogyakarta : Penerbit BPFE.
Triyuwono, Iwan. 2000. Organisasi dan Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Penerbit LKIS.
Comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar