Konsep Materialitas pada Audit
Hal yang mendasari konsep Materialitas adalah ISA 320 pada alenia 8 menyatakan “Tujuan Auditor adalah menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan audit.” Dalam setiap tahap dari ketiga tahap proses audit digunakan, yaitu :
1. Risk Assesment (Penilaian Resiko)
• Menentukan dua macam materialitas, yaitu materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan materialitas pelaksanaan.
• Merencanakan prosedur penilaian resiko apa yang harus dilaksanakan.
• Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material.
2. Risk Response (menanggapi risiko)
• Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya prosedur audit selanjutnya
• Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan situasi selama audit berlangsung
3. Reporting (pelaporan)
• Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu
• Merumuskan pendapat auditor
Dalam ISA 320 alenia 9, performance materiality (materialitas pelaksanakan), performance materiality berarti jumlah yang ditetapkan oleh auditor di bawah angka materialitas laporan keauangan. Tujuannya ialah menurunkan problabilitas salah saji melebihi “materialitas secara menyeluruh” ke tingkat rendah dengan tepat. Performance materiality juga digunakan untuk jumlah yang ditetapkan oleh auditor di bawah angka materialitas dalam jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan.
Dalam ISA 320 alenia 10, Strategi audit dan angka materialitas yaitu bahwa dalam merumuskan strategi audit secara keseluruhan, auditor wajib menentukan angka materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Jika dalam situasi tertentu pada entitas itu, ada satu atau lebuh jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan di mana jumlah yang lebih rendah dari angka materialitas laporan keuangan secara keseluruhan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi laporan keuangan, auditor juga wajib menentukan tingkat materialitas yang harus diterapkan pada jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tersebut.
Dalam ISA 320 alenia 11, Menetapkan (besarnya) performance materiality untuk tujuan menilai risiko salah saji yang material dan menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent) prosedurn audit selanjutnya (further audit procedure).
Tinjauan Umum
Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko dan penentu luasnya prosedur audit. Konsep materialitas mengakui bahwa hal-hal tertentu, terpisah atau tergabung, penting untuk pembuat keputusan ekonomis berdasarkan laporan keuangan tersebut. Contoh keputusan ekonomis: menanam modal dalam entitas itu, bertransaksi bisnis, meminjamkan uang, dan lain-lain. Salah saji yang dianggap material adalah ketika salah saji cukup signifikan untuk mengubah atau mempengaruhi keputusan seseorang dalam memahami entitas tersebut salah saji material yang terjadi. Jika salah saji dalam laporan keuangan melebihi jumlah yang secara umum diperkirakan wajar dan dapat mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan, maka jumlah tersebut bisa disebut “materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh” disingkat overall materiality (materialitas menyeluruh). Materialitas menyeluruh ditentukan sepenuhnya dalam hubungangannya dengan pemakai laporan keuangan. Misalkan keputusan pemakai laporan keuangan mempengaruhi atau berubah karena salah saji dalam laporan keuangan sebesar 100 juta rupiah. Maka angka materialitas menyeluruh adalah 100 Juta. Salah saji yang melampaui 100 juta akan menyebabkan laporan keuangan disalah sajikan secara material.
Performance Materiality diartikan bahwa auditor harus melakukan kerja tambahan agar terdapat “margin” untuk menutup kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi. Performance materiality memungkinkan auditor menentukan angka materialitas yang mencerminkan penilaian risiko untuk berbagai laporan keuangan. Contohnya materialitas menyeluruh sebesar 100 juta, auditor menentukan performance materiality sebesar 60 juta dalam merancang luas prosedur audit yang akan dilaksankan, di sini 40 juta merupakan penyangga pengamanan bagi salah saji yang tidak ditemunkan yang mungkin ada.
Pada inti ISA 320 alenia 9, tanggung jawab auditor adalah mengurangi sampai ke tingkat rendah yang tepat yaitu terkait probabilitas gabungan salah saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak ditemukan dalam laporan keuangan yang mana melampaui angka materaliatas menyeluruh.
Pemakai Laporan Keuangan
Materialitas digunakan untuk membuat dan mengaudit laporan keuangan. Auditor menentukan materialitas berdasarkan persepsinya mengenai kebutuhan pemakai. Dalam menerapkan kearifan profesional layak bagi auditor mengasumsikan pemakai laporan keuangan:
1. Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis dan akuntansi, dan punya keinginan untuk mempelajari laporan keuangan dengan cermat.
2. Memahami bahwa laproan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas
3. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi judgement, dan pertimbangan mengenai persistiwa di kemudian hari.
4. Membuat keputusan ekonomis yang wajar atas dasar informasi laporan keuangan.
Sifat Salah Saji
Salah saji bisa terjadi karena berbagai sebab, dan dapat dikelompokkan menurut:
1. Ukuran, berapa besarnya salah saji dalam ukuran uang, misalnya salah saji yang ditemukan berjumlah 10 juta, ini merupakan ukuran kuantintatif
2. Sifat, salah saji tersebut merupakan ukuran kualitatif dari suatu salah saji
3. Situasi disekitar terjadinya salah saji tersebut.
Dalam situasi tertentu, suatu salah saji berada di bawah ukuran materialitas namun dipertimbangankan sebagai sesuatu yang material berdasarkan sifat salah saji tersebut atau situasi terkait salah saji. Contohnya, informasi tentang adanya transaksi istimewa mungkin sangat signifikan bagi pemakai laporan keuangan. Akhirnya, serangkaian salah saji yang tidak material bisa jadi material ketika digabungkan.
Menentukan Materialitas
Sebagai langkah awal menentukan angka materialitas, auditor biasanya menggunakan suatu acuan, ambang batas. Sifat dari acuan ini dan besarnya presentase didasarkan pada kearifan professional. Contohnya adalah dalam bisnis yang dikelola oleh pemiliknya, pemilik mengambil sebagian besar dari keuntungan perusahaan sebagai remunerasinya. Oleh karena itu, masuk akal jika auditor menggunakan laba sebelum remunemerasi dan pajak sebagai acuan.
Materialitas dan Risiko Audit
Materialitas berkaitan erat dengan resiko audit. Keduanya menjadi bahan pertimbangan penting dalam proses audit. Risiko audit adalah kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru atas laporan keuangan yang mengandung salah saji. Berikut ini komponen risiko audit:
• RMM (Risk of Material Misstatements)
RMM atau risiko salah saji yang material adalah risiko di mana laporan keuangan disalahsajikan secara material sebelum audit dimulai. Risiko-risiko ini diperhitungkan atau mejadi perimbangan di tingkat laporan keuangan (financial statement level) dan pada tingkat asersi (assertion level). Pada tingkat laporan keuangan tinjauannya adalah menyeluruh, menyangkut risiko yang pervasive (dengan dampak terhadap bermacam-macam asersi). RMM pada tingkat asersi berkaitan dengan jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. RMM merupakan kombinasi dari risiko bawaan dan risiko pengendalian.
• Detection Risk
Detection risk adalah risiko di mana auditor gagal mendeteksi suatu salah saji dalam asersi yang bisa berdampak material. Hal ini dapat ditangani melalui:
a. Perencanaan audit dengan baik (soung audit planning)
b. Pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap RMM yang diidentifikasi
c. Pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit
d. Penerapan professional skeptisisme
e. Supervisidan review atas pekerjaan audit
Detection risk tidak pernah dapat diturunkan sampai ke anka nol, karena adanya kendala bawaan dalam proses audit, masih diperlukannya professional judgments (yang dibuat oleh manusia, yang secara alamiah bisa berbuat salah), dan sifat dari bukti yang diperiksa.
Materialitas dan risiko audit terus diperhatikan sepanjang proses audit, dengan:
1. Mengidentifikasi dan menilai RMM
2. Menentukan sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lanjutan
3. Menentukan revisi atas materialitas (overall materiality maupun performance materiality) dengan informasi baru yang diperoleh selama audit. Ini berarti, informasi baru itu membuat auditor menetapkan angka materialitas yang berbeda dari apa yang ditetapkannya pada awal audit
4. Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi, terhadap laporan keuangan dan merumuskan pendapat auditor.
Kutipan ISA 320
1. ISA 320.12 Revisi Materialitas
Auditor wajib merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, di mana perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu) ketika memperoleh informasi selama auditnya yang menyebabkan ia menentukan angka materialitas yang berbeda dari yang ditetapkannya semula.
2. ISA 320.13 Menentukan perevisian performance materiality
Jika auditor menyimpulkan bahwa angka materialitas yang lebih rendah untuk laporan keuangan secara keseluruhan dari yang ditetapkannya semula, memang lebih tepat, auditor wajib menentukan apaka ia perlu merevisi performance materiality, dan apakah sifat, waktu dan luasnya prosedur audit selanjutnya (seperti yang direncanakan semula) masih tepat.
3. ISA 320.14 Dokumentasi Materialitas
Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi audit angka/jumlah berikut beserta faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan:
• Overall materiality (materialitas menyeluruh)
• Jika perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures
• Performance materiality (materialitas pelaksanaan)
• Reivisi angka dari yang sudah disebutkan sebelumnya selama audit berlangsung
Tingkat Materialitas
Empat konsep Materialitas
“Overall” materiality Overall materiality didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak terhadap keputusan yang dibuat laporan keuangan.
“Overall” performance materiality Performance materiality ditetapkan lebih rendah dari Overall materiality. Performance materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu (tanpa mengubah Overall materiality)
“Specific” materiality Specific materiality untuk jenis transaksi , saldo akun atau disclosure tertentu dimana jumlah salah sajinya akan lebuh rendah dari Overall materiality
“Specific” performance materiality Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari Specific materiality. Hal ini memungkinkan auditor menanggapi penilaian tertentu, dan memperhitungkan kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material, yang secara agregat dapat berjumlah materiality
Materialitas untuk Laporan Keuangan Secara Menyeluruh
Materialitas untuk Laporan keuangan secara menyeluruh (overall materiality) didasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan dari pemakai lapran keuangan. ini (umumnya dan seharusnya) ditetapkan sebesar angka materialitas yang digunakan pembuat laporan keuangan.
Sekali ditetapkan, angka overall materiality menjadi salah satu faktor yang pada akhirnya menjadi ukuran yang dipakai untuk menilai sukses atau gagalnya audit. Misalnya overall materiality ditetapkan sebesar Rp20juta. Jika sesudah melaksanakan prosedur audit:
• Tidak ada salah saji yang ditemukan, sehingga auditor memberikan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
• Beberapa salah saji yang kecil-kecil (immaterial) ditemukan dan tidak dikoreksi- auditor memberikan pendapat WTP.
• Salah sjai yang tidak dikoreksi melampaui angka materialitas (Rp20juta) ditemukan, dan menejemen tidak bersedia mengoreksinya- auditor memberikan pendapat WDP (wajar dengan pengecualian) atau pendapat TW (tidak wajar)
• Ada salah saji yang tidak dikoreksi melampaui angka materialitas (Rp20juta) di dalam laporan keuangan tetapi tidak ditemukan auditor- auditor secara keiru memberikan pendapat WTP.
Performance Materiality
Performance Materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance Materiality memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas berdasarkan overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji) dan untuk mencerminkan penilaian risiko.
Menetapkan angka Performance Materiality yang tepat memastikan besar/luasnya pekerjaan audit untuk meningkatkan kemungkinan terungkapnya salah saji. Menetapkan angka Performance Materiality yang tepat memerlukan kearifan profesional (profesional judgment), dan bukan sekedar hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabel-tabel. Dalam hal ini kearifan profesional memperhitungkan hal-hal dalam menangani risiko audit, seperti:
• Memahami entitas dan hasil dari pelaksanaan prosedur risk assessment
• Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam audit terdahulu
• Ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan
Specific Materiality
Ada beberapa situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan keuangan secar a keseluruhan daoat diperkirakan secara layak. Akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
Yang mempengaruhi keputusan Contoh-contoh
Ketentuan perundang-undangan dan kerangka pelaporan keuangan • Disclosures yang sensitif seperti remunerasi manajemen dan tcwg
• Related-party transaction (transaksi istimewa)
• Ketidakpatuhan terhadap perjanjian pinjaman,perikatan lainnya, ketentuan perundangan, dan kewajiban pelaporan statuter atau yang ditetapkan regulator
• Pengeluaan tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif
Pengungkapan utama dalam industri yang bersangkutan • Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi dala perusahaan tambang
• Besarnya biaya penelitian dan pengembangan dalam perusahaan farmasi
Pengungkapan peristiwa penting, perubahan penting dalam operasi • Bisnis yang baru diakusisi atau perluasan perusahaan
• Kegiatan usaha yang diberikan
• Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti tuntutan hukum)
• Perkenalan produk atau jasa baru
Specific Performance Materiality
Specific Performance Materiality ditetapkan lebih rendah dari angka Specific materiality, untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi melebihi Specific materiality.
Materialitas dalam Perencanaan dan Penilaian Risiko
Menentukan berbagai tingkat materialitas merupakan unsure kunci dalam proses perencanaan. Penentuan tingkat materialitas bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri atau terpisah dari tahap-tahap lain, melainkan proses yang berkesinambungan hingga proses akhir audit.
Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur Audit
Auditor harus menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan dan luasnya prsedur audit. Menggunakan materialitas untuk:
1. Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya
2. Menentukan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing dan apakah harus menggunakan teknik sampling
3. Membantu menentukan banyaknya sample
4. Mengevaluasi representasi sampling eror untuk menentukan salah saji yang mungkin ada. Rse adalah sampling yang mewakili seluruh populasi.
5. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan pada tingkat akun sampai tingkat laporan keuangan
6. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi
7. Menilai hasil prosedur audit
Materialitas dalam Merancang Pengujian
Faktor kunci dalam menentukan luasnya suatu prosedur audit adalah materialitas pelaksanaan. Materialitas pelaksanaan ditetapkan untuk laporan keuangan secara keseluruhan dan dimodifikasi untuk memperhitungkan risiko tertentu berkenaan suatu saldo akun, transaksi, atau disclosure dalam laporan keuangan.
Materialitas dalam Pelaporan
ISA 450. 11
Auditor wajib menentukan apakah salah saji yang tidak dikoreksi adalah material. Dalam hal ini auditor wajib mempertimbangkan:
• Besar dan sifat salah saji, dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo, akun pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan, serta situasi di mana salah saji terjadi
• Dampak salah saji yang tidak dikoreksi hubungannya dengan jenis transaksi, saldo, akun pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu.
ISA 450. 12
Auditor wajib mengkomunikasikan dengan TCWG mengenai salah saji yang tidak dikoreksi dan dampaknya, sendiri-sendiri atau jika digabungkan terhadap pendapat auditor, kecuali jika oleh ketentuan perundang-undangan. Komunikasi auditor wajib mengidentifikasi masing-masing salah saji material yang tidak dikoreksi, agar dikoreksi.
Sebelum menerbitkan opini, auditor:
• Mengaskan kembali materialitas yang ditetapkan untuk laporan keuangan secara keseluruhan
• Mengevaluasi sifat dan jumlah agregat salah saji yang tidak ditemukan auditor
• Membuat penilaian menyeluruh apakah laporan keuangan disalahsajikan secara material
Komunikasi dengan Manajemen dan TCWG
Ketika auditor menemukan salah saji dalam atau selama audit, langkah pertama yang harus dilakukan adalah meminta ke manajemen untuk memperbaiki semua salah saji yang tidak dikoreksi, namun jika manajemen memutuskan untuk tidak mengoreksi, auditor wajib berkomunikasi kepada TCWG, mengenai rincian dari uncorrected misstatements dan dampaknya; salah saji yang tidak dikoreksi dan berjumlah material; dan dampaknya salah saji yang tidak dikoreksi terhadap jenis transaksi.
Pemuktakhiran Materialitas
Penilaian mengenai materialitas dapat berubah dari perencanaan pada awal mulanya, sampai saat mengevaluasi hasil dari prosedur audit. Hal ini dapat terjadi karena perubahan situasi atau perubahan mengenai apa yang diketahui auditor setelah melakukan audit.
Penurunan Tingkat Materialitas dari periode lalu
Ketika situasi berubah dari satu periode ke periode berikutnya, auditor perlu mempertimbangkan dampak salah saji pada ekuitas awal periode.
Mendokumentasikan Materialitas
Karena angka materialitas ditentukan berdasarkan kearifan profesional, sangatlah penting faktor-faktor dan angka-angka yang digunakan dalam materialitas pada berbagai tingkat, didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi ini terjadi selama:
• Tahap perencanaan, ketika keputusan dibuat mengenai luasnya pekerjaan audit yang harus dilaksanakan
• Audit, jika berdasarkan temuan audit, diperlukan revisi atas overall materiality atau performance materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu.
Dokumentasi materialitas berkenaan dengan:
• Pemakai laporan keuangan
• Faktor yang digunakan untuk menetapkan
• Revisi angka materialitas, selama audit berlangsung.
Contoh Kasus Materialitas:
Kasus materialitas yang terjadi pada KAP Arthur Andersen yang mengaudit perusahaan Enron.
Enron perusahaan energi terbesar di AS yang jatuh bangkrut itu meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah strategi dan memanipulasi akuntansi yang melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh KAP Arthur Andersen, ternyata penuh dengan kecurangan (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat dengan pelanggaran etika profesi. Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan oleh Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh terhadap harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar modal Amerika jatuh sampai 25 %. Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, Arthur andersen, tidak berhasil melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam tubuh Enron. Di samping sebagai eksternal auditor, Arthur andersen juga bertugas sebagai konsultan manajemen Enron. Besarnya jumlah consulting fees yang diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap temuan auditnya dengan klien mereka. KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian dari kertas kerja audit formal. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup. Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate governance philosofy yang membahayakan terhadap business going cocern.
Enron juga merupakan perusahaan perdagangan derivatif energi terbesar di AS. Kontribusi laba perseroan sekitar 80% dari divisi perdagangan derivatif. Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang tahun lalu masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, sekonyong-konyong harus melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal.
Refrensi:
Tuanakotta, Theodorus M.Audit Berbasi ISA (International Standards on Auditing).2014.Jakarta:Salemba Empat.
Hayes,Rick., et al. Principle of Auditing.2005.Harlow:Ashford Colour Press.Ltd. Gosport.
Comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar