Riwayat Muhammad Abduh

Muhammad Abduh - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

 Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 M di sebuah desa agraris. Bapaknya bernama Abduh Hasan Hairullah. Pertama kali ia belajar dan memperoleh pendidikan yang diselenggarakan di masjid. Setelah dapat membaca dan menulis dia dikirim pada seorang hafidz hingga pada usia dua belas tahun ia sudah mampu menghafal Alquran secara keseluruhan. Tahun berikutnya ia melanjutkan pendidikan ke Thana lembaga pendidikan di Masjid Nabawi. Muhammad Abduh kemudian meneruskan pendidikannya di Perguruan Tinggi Islam “Al Azhar” di Kairo. Ia menamatkan kuliahnya pada tahun 1877.

Pada tahun 1869 Jamaluddin Al Adghany datang ke Mesir, kemudian ia bertemu dengan Muhammad Abduh. Setelah pertemuan itu Abduh tertarik  Al Afghany dengan ilmu dan cara berpfikirnya yang modern. Sejak saat itulah Muhammad Abduh mengagumi sosok Al Afghani dan selalu berada disampingnya. Dari Al Afghani ia mendapatkan pemikiran-pemikiran yang lebih maju dan tidak kolot.

Setalh lulus kuliahnya pada tahun 1877 Abduh ia diangkat menjadi dosen Darul Ulum, tidak hanya itu ia jug menjadi dosen di Al-Azhar. Ketika memangku jabatan sebagai dosen   ini Muhammad Abduh ingin mewujudkan cita-citanya yaitu member angin segar pada perguruan-perguruan tinggi Islam ini. Ia memberikan metode-metode baru dan pemikiran pemikiran baru yang lebih maju dan tidak kolot.

Pada tahun 1879 setelah oergantian pemerintahan yaitu Khedive Ismail digantikan anaknya yaitu Taufiq Pasya. Pemerintahn ini lebih kolot dan akhirnya memecat Abduh serta mengusir Al Afghani dari mesir. Akan tetapi pada tahun beriktnya ia diberi tugas kembali oleh Pemerintah Sebagai pemimpin majalah “Al Waka’I Al Mishriyah” dan sebagi pembantunya diangkatlah Sa’ad Zaglul Pasya, yang kemudian akan menjadi pemimpin Meir yang termahsyur. Jabatannya yang baru ini memberikan kesempatan untuk ia dapat mencurahkan isi hatinya melalui artikel-artikel yang dapat ia tulis, serta ia dapat mengkritik pemerintah tentang nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di Mesir.

Tahun 1882 terjadi pemberontakan di Mesir, pemberontakan ini dipimpin oleh Arabi Pasya da Abduh dianggap menjadi penasihatnya. Setelah pemberontakan dapat dipadamkan Muhammad Abduh dibuang keluar negeri dan ia menilih Syria (Beirut). Disini ia mendapat kesempatan mengajar di Perguruan Tinggi Sulthaniyah, kurang lebih satu tahun. Permulaan tahun 1884 Muhammad Abduh pergi ke paris atas panggilan Al Afghany.

Bersama Al Afghany mereka menyusun sebuah gerakan bersama “Al ‘Urwatul Wutsqa”, yaitu gerakan kesadaran umat islam sedunia. Organisai ini juga membuat majalah yang bernama sama dengan nama organisasi ini. Melalui majalah ini diberikanlah sebuah pencerahan ke seluruh dunia Islam di dunia. Namun dalam tempo yng singkat majalah ini dapat memperlihatkan pengaruhnya terhadap kalangan Muslim di seluh dunia. Kaum Imperalis akhirnya menjadi gempar dan cemas, kemudian Inggris melarang majalah itu masuk ke Mesir dan India. Di tahun 1884 ketika majalh tersebut baru terbit 18 nomor, pemerintah Perancis melarangnya terbit. Kemudian Abduh pulang ke Mesir dan Al Afghany mengembara ke Eropa kemudia ke Moskow.

Pada tanggal 3 Juni 1899 ia diserahi oleh pemerintah untuk menjadi “Mufti” Mesir yaitu suatu jabatan paling tinggi dipandang oleh kaum Muslim. Berbeda dengan Mufti-mufti sebelumnya yang membatasi hanya sebagai alat penjawab pertanyaan pemerintah saja namun Abduh memperluas tugasnya itu untuk kepentingan kaum Muslim. Setiap ada permasalahan yang dihadapi kaum Muslim dan dihadapkan kepada Abduh ia siap melayani dengan senang hati dan diselesaikan dengan baik. Disamping sebagai Mufti ia juga ditunjuk menjadi Anggota Majelis Perwakilan (Legislative Council). Abduh juga pernah diserahi tugas sebagai Hakim Mahkamah, dan ia dikenal sebagai hakim yang adil.

Muhammad Abduh menjadi seorang pembela Islam yang beani, ia sering membela Islam ketika Islam dihina dan direndahkan. Diantaranya ditantangnya G. Hanotaux yaitu Menteri Luar Negeri Perancis, karena tulisannya tentang Islam yang menurut Abduh tidak benar. Akhirnya kemudia G. Hanotaux seolah-olah minta maaf melalui tulisannya yang dimuat dalam majalah “Al Muayyad” .Kemudian perlawanan Abduh lainya melalui tulisan yaitu ketika Farah Anton seorang pemimpin majalah “Al Jami’ah” sebuah majalah Kristen yang terbit di Kairo menulis hal-hal yang menyinggung Islam dan menhinanya. Banyak lagi peristiwa yang menunjukan kebaranian Abduh dalam membela Islam.Pada tahun 1904 ia mendapat gelar Cum Laude dari Al-Azhar. Namun gelar tersebut sudah sangat terlambat 26 tahun setelah ia lulus dari Al-Azhar. Setahun kemudian, tahun 1905 Muhammad Abduh akhirnya wafat.

Comments

Popular posts from this blog

Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh (tokoh-tokoh penting Muslim)

Company Visit HMJA KOMISI FE UII 2014/2015

Unggah Ungguh Basa Jawa