Sampling Audit Perusahaan



SAMPLING AUDIT
Sampling audit (audit sampling) sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% nilai ketidakyakinan dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi, dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut (SA 350.01).

Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Unsur Sampling
1.    Unit Populasi yaitu banyaknya satuan anggota populasi
2.    Standar deviasi yaitu angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-rata populasi dengan para anggotanya secara umum.
3.    Tingkat Keyakinan, adalah derajat keandalan yang ditunjukan oleh perkiraan presentase banyaknya populasi yang terwakili oleh sampel
4.    Kesalahan Sampling yaitu akurasi hasil sampling ditentukan oleh kesalahan sampling.

Tahapan Sampling Audit secara umum
1.    Susun rencana Audit
2.    Menetapkan jumlah/ unit sample
3.    Memilih sampel
4.    Menguji Sampel
5.    Mengestiasi keadaan populasi
6.    Membuat simpulan hasil audit

Pemilihan sampel
1.    Pemilihan sampel secara Acak
Metode pemilihan sampel tanpa dipengaruhi oleh subjektif auditornya
2.    Pemilihan sampel acak sistematis
3.    Pemilihan sampel non acak
4.    Pemilihan sampel tanpa/ dengan penempatan kembali

Sampling Dalam Audit
Teknik sampling dapat di lakukan dengan dua cara yaitu:
a.    Metode Statistik
Metode ini disebut pula dengan istilah metode pemilihan secara acak (random sampel), yaitu suatu cara pemilihan sampel yang sedemikian rupa sehingga setiap unsur di dalam populasi mempunyai kemungkinan yang tidak sama untuk dipilih menjadi sampel. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak (random numbers table), secara sistematik atau dengan menggunakan program komputer. Tujuan pertama biasanya dihunakan untuk sampling penemuan, tujuan kedua biasanya unyuk penerimaan. Metode sampling statistik diantaranya ada sampling atribut, sampling penemuan, dan sampling penerimaaan.
Tahapan-tahapannya:
•    Tentukan populasi dan unit sampling
•    Menentukan ukuran sampel dari model secara eksplisit untuk mengakui faktor yang relevan
•    Memilih sampel acak yang representatif
•    Terapkan prosedur audit
•    Mengevaluasi hasil statistik dan pertimbangan yang dilakukan
•    Dokumen kesimpulan
Untuk sampling mata uang banyak digunakan pada pengujian subtantif khususnya untuk populasi yang heterofen. Pada sampling mata uang yang dianggap sebagai populasi adalah nilai uang dari data. Langkahnya adalah menyusun rencana audit, menetapkan unit sampel, memilih sampel, menguji sample, mengestimasi keadaan populasi, dan membuat simpulan hasil audit.
b.    Metode non-statistik
Metode pemilihan sampel non-statistik adalah suatu cara pemilihan sampel yang didasarkan pada pertimbangan pribadi auditor, misalnya akan memeriksa seluruh pos persediaan yang mempunyai saldo Rp. 1.000.000 atau lebih. Metode ini paling banyak digunakan di dalam audit meskipun oleh auditor yang mengetahui cara-cara statistik. Hal ini disebabkan karena mudah atau pun karena metode pemilihan sampel secara statistik tidak dapat diterapkan, tidak memungkinkan atau terlalu mahal apabila digunakan.

Tahapan-tahapannya:
•    Tentukan populasi dan Unit Sampling
•    Tentukan pertimbangan implisit untuk mengakui faktor yang relevan
•    Memilih sampel acak yang representatif
•    Terapkan prosedur audit
•    Mengevaluasi hasil pertimbangan yang dilakukan
•    Dokumen kesimpulan
Sampling non statistik sendiri tidak terikat dengan formula khusus dan baku. Semua tahap dilakukan berdasarkan judgement, sehingga sangat tidak konsisten. Untuk menghindari inkonsistensi tersebut, para praktisi mengembangkan sampling ini dengan menambahkan unsur matematis didalamnya yang mana kemudian dikenal dengan “sampling non statistik formal”
Langkahnya adalah:
1.    Menyusun rencana audit
2.    Menetapkan jumlah unit sample
3.    Memilih sampel
4.    Menguji dan memperkirakan keadaan populasi
5.    Simpulan Hasil Audit

Resiko Sampling
Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor memperhatikan dua aspek dari risiko sampling: Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material. Risiko keliru menolak ( risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Auditor juga memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian jika ia menggunakan sampling:
•    Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
•    Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, yang terlalu  tinggi dibandingkan dengan efekt ivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
Jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian substantif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektivan pengendalian. Walaupun audit dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut, namun tetap efektif. Begitu juga sebaliknya.


Contoh Penerapan Sampling Audit
ABC memiliki total aset $1.5 juta dan total revenue sebesar $3 juta.
Berdasarkan tabel planning materiality analysis didapat hasil sebagai berikut:
1. Planning materiality sebesar $33,500
2. Tolerable misstatement sebesar $25,000 (75% x $33,500).
Angka 75% diambil dengan asumsi haircut 25% yakni besarnya risiko salah saji tidak bisa ditolerir oleh auditor pada saat merencanakan audit. Semakin besar risiko salah saji, auditor berdasarkan penilaiannya dapat menentukan haircut yang lebih besar sehingga angka tolerable misstament menjadi semakin kecil.

Kemudian, anggaplah perusahaan memiliki saldo piutang yang terdiri dari kelompok berikut:
Frekuensi    Rentang saldo piutang    Saldo    Persentase
4    $ 75,000 s/d $ 150,000     $  410.000    68,3%
3    $ 13,000 s/d $ 74,999     $    91.000    15,2%
436    < $ 13,000     $    99.000    16,5%
443    Total populasi     $  600.000    100,0%

Bagaimanakah cara auditor menetapkan sampel berdasarkan data diatas?

Dengan karakteristik populasi di atas, maka terdapat setidaknya 3 alternatif cara penentuan sampel.

Alternatif kesatu: Berdasarkan angka Individually Significant Dollar (ISD)

Dengan memakai angka Individually Significant Dollar (ISD) sebesar 1/3 dari tolerable misstatement (kadang istilah ISD disebut juga dengan istilah Audit Difference Posting Threshold /"ADPT"; atau Significant Unadjusted Difference/"SUD" - semuanya mengacu pada maksud yang sama), auditor akan memilih item-item yang nilainya 1/3 dari tolerable misstatement, yakni kira-kira $8,300. Jadi pada kasus di atas yang diambil antara lain:

1. Semua item yang ada pada baris ke-1 dan baris ke-2, ditambah
2. Beberapa item dari kategori < $ 13,000 (baris ke-3) yang nilainya di atas $ 8,300



Alternatif kedua: Menggunakan judgement

Auditor mungkin hanya memilih baris ke-1 dan ke-2 saja yang mencakup semua item yang lebih besar atau sama dengan $13,000.

Pendekatan yang kedua juga memenuhi syarat karena batas $13,000 juga masih di bawah angka tolerable misstatement. Pendekatan ini juga cukup efisien karena auditor hanya perlu mengetes tujuh item namun bisa mendapatkan nilai coverage sebesar lebih dari 83% saldo akun.


Alternatif ketiga: Menggunakan monetary unit sampling

1. Tentukan jumlah sampel, misalkan 20 buah.
2. Bagilah $ 600,000 dengan jumlah sampel ($ 600,000 : 20 menjadi $ 30,000).
2.Membuat tabel monetary unit sampling dengan mengurutkan data 443 pelanggan di atas, misalkan berdasarkan alfabet, nomor/ID pelanggan, atau berdasarkan karakterisik tertentu selain saldo.

Tabel Monetary Unit Sampling
Nama pelanggan    Saldo Pelanggan           Saldo Kumulatif              Sampling Item
ABC Electric    $  4,350    $   4,350  
Best Friend Cat Care    $17,850    $ 22,200    (1) $ 20,000
Brandy’s Grill    $  5,100    $ 27,300  
Buddy’s Gas Station    $50,000    $ 77,300    (2) $ 50,000

3. Memilih angka random di antara nilai saldo terkecil dengan $ 30,000. Misalkan diperoleh angka $ 20,000.

4. Memilih sampel
a. Nilai $ 20,000 posisinya kurang lebih berada atau terkandung dalam lapisan atau baris saldo kumulatif $ 22,200 sehingga dia dipilih menjadi sampel pertama.
b. Selanjutnya, ambillah sampel yang berada pada posisi $ 20,000 + n * ($ 30,000) dimana n adalah bilangan bulat 1,2,3... 20.. Sampel kedua berarti ada di lapisan saldo kumulatif $ 77,300 dan demikian seterusnya.

Pemilihan sampel dengan menggunakan metode MUS ini memang terkesan lebih sulit namun akan sangat cepat bila dilakukan dengan bantuan piranti lunak komputer. Kelebihan MUS adalah kesalahan yang ditemui bisa diproyeksikan. Misalkan kesalahan atau selisih yang ditemukan sebesar $ 40,000 dari total nilai yang disampel $ 400,000, auditor bisa menarik kesimpulan bahwa 10% dari saldo yang $ 600,000 adalah salah saji. Kelemahannya adalah kurang efisien dibandingkan metode judgement kalau populasi memiliki pola Pareto seperti pada contoh kasus di atas, dimana kelihatannya 7 sampel terbesar sudah mewakili 83,5% nilai populasi.

Comments

Popular posts from this blog

Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh (tokoh-tokoh penting Muslim)

Company Visit HMJA KOMISI FE UII 2014/2015

Unggah Ungguh Basa Jawa