Proyek Unggulan Kuliah Kerja Nyata Universitas Islam Indonesia 2015



Berikut ini adalah ulasan terkait dengan program unggulan yang mana dirumuskan pada saat Kuliah Kerja Nyata untuk lebih lengkapnya akan bisa di download di link berikut ini

LINK DOWNLOAD PROGRAM UNGGULAN KKN UII



Dukuh Gesikan adalah salah satu distrik potensi wisata yang terletak di desa Jerakah, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali. Begitu banyak hal yang disajikan di daerah dukuh Gesikan, salah satunya adalah potensi wisata di kaki gunung Merbabu. Di daerah tersebut kita bisa menemukan berbagai sajian alam dan budaya yang menarik. Jika menginginkan untuk pergi melihat sensasi alam dari atas puncak ada Puncak Merbabu, jika menginginkan wisata lainnya, kita dapat menikmati sensasi memanen tembakau dengan kualitas tembakau sangat baik dari proses memanen, memilah – milah tembakau yang baik ( mensortir ), memotong – motong tembakau ( ngrajang ), penjemuran, hingga tembakau siap kirim, dan tentunya masih banyak lainnya. Segi budaya yang terdapat di daerah tersebut, ada Tari Topeng Ireng, Tari Jathilan, Tari Reog , dan Lainnya.[1] Bagi para wisatawan tentunya akan sangat senang jika menggabungkan kedua wisata tersebut sekaligus.

Ada salah satu sajian lagi berwisata yang mana di dalamnya bisa dinikmati wisata alamnya juga budayanya, yakni melalui desa wisata. Desa wisata adalah dimana sekelompok kecil wisatawan  tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat (inskeep, 1991).[2] Ada beberapa komponen di mana desa tersebut bisa dikategorikan sebagai desa wisata. Pertama adalah atraksi, atraksi di sini berarti bahwa desa tersebut memiliki sesuatu yang menarik dan melekat di keseharian yang ada di desa tersebut. Kemudian adalah Akomodasi, yaitu terkait bagaimana keberadaan fasilitas desa yang ada dan dimanfaatkan untuk tinggal wisatawan. Ketiga adalah fasilitas, fasilitas di sini dimaksudkan adalah sumber daya yang mendukung karakteristik desa wisata tersebut, Misalnya adalah fasilitas perkemahan, makan-minum, jajanan dan cinderamata, dan lain sebagainya. Keempat adalah terkait aktivitas desa tersebut, misalnya ada hiking, berburu, memancing, sepeda santai, dan lain-lain.

Keberadaan desa wisata di Boyolali, terlebuh di kecamatan Selo sebenarnya sudah sangat banyak tersedia dan tersebar. Di dukuh Gesikan sendiri ada banyak tempat - tempat yang tersedia, melihat data-data penelitian yang dilakukan, banyak yang mengatakan bahwa mereka berwisata tidak melalui paket yang disajikan desa wisata. Padahal jika melalui desa wisata, paket-paket wisata disajikan lebih kompleks dan lebih jelas. Tentu ada permasalahan yang mendasari kejadian tersebut. Jika menilik beberapa pendapat artikel, rata-rata mereka mengatakan kurang pemahaman terkait desa wisata.[3] Dengan demikian ada permasalahan kurangnya marketing di desa wisata tersebut.

Kami melakukan observasi di beberapa desa wisata yang sudah ada, beberapa diantaranya mereka mengatakan perkembangan desa wisata tersebut masih berupa embrio, banyak hal yang belum berkembang. Ketersediaan lahan rata-rata sudah ada, namun hal yang menjadi masalah utama adalah masalah terkait pendanaan dan marketing. Permasalahan pendanaan adalah masalah klasik di desa-desa wisata. Menurut hemat kami, pendanaan dapat diatasi dengan pengelolaan sistem keuangan di tempat wisata dengan baik. Jika perputaran profit yang ada di sektor-sektor wisata yang tersedia di desa wisata sudah sangat baik tentu masalah dana tidak akan menjadi kendala. Sedangkan dari sisi marketing, marketing adalah suatu sistem dimana kita sebagai penyedia layanan menarik pengunjung agar mau berkunjung dan menggunakan layanan yang tersedia. Bahwasanya marketing adalah berhubungan dengan sistem yang digunakan, jika pengelolaan sistemnya berjalan dengan baik maka akan baik juga nanti marketingnya.  

Dukuh Gesikan adalah sebuah dukuh yang terletak dibawah kaki gumumg merbabu,  Dari segi demografi, penduduk di desa wisata tinalah, sangat welcome terhadap orang-orang baru, sudah pantas masyarakatnya untuk dijadikan desa wisata.  Potensi yang ada di dalam dukuh gesikan sendiri adalah sudah tersedianya lahan yang diinvestasikan oleh pihak desa yang secara ukuran sangatlah luas. Selain itu dari segi tempat wisata yang ada, kami melakukan survei dengan dipandu pihak  masyarakat desa dijelaskan bahwa ada 4 buah potensi yang sangat prospek investasinya. Pertama, adalah wisata panen tembakau, kedua, adalah wisata tanam dan panen sayur, ketiga, adalah wisata seni melalui tari – tarian, dan keempat, adalah wisata alam yang menyajikan pemandangan yang sangat indah. 

Seperti yang kami utarakan di paragraf sebelumnya, kami menemukan masalah utama bahwa dari segi infrastruktur kurang dikelola dengan baik, kurang terbangun infrastrukturnya. Di segi infrastruktur, menurut analisis situasi yang kami temukan, pertama di sektor area camping ground & outbond, yang terlihat hanya hamparan tanah-tanah yang siap didirikan tenda dan fasilitas mck (mandi, cuci, dan kakus) kurang begitu bagus. Outbond sendiri alat-alatnya kurang begitu lengkap dan hanya beberapa, oleh sebab itu dibutuhkan pembangunan dari segi keindahan tempat, dan sistem misalnya seperti ticketing. Kemudian untuk beberapa sektor lainnya permasalahannya adalah berupa keindahan taman dan taman bermain, dan lain sebagainya.  

Kami sangat tertarik untuk mengembangkan lebih lanjut pengembangan desa tersebut. Sebenarnya kami memiliki niatan besar untuk mengembangkan ke semua sektor potensi tersebut. Namun dengan dana yang boleh diajukan maksimal hanya berkisar 33 juta kami akan fokus di dua sektor yaitu sektor camping ground & outbond dan pengembangan wisata tradisional desa. Alasan kami memilih sektor tersebut, pertama camping ground & outbond saat ini adalah menjadi trend. Dari sisi market banyak instansi-instansi di sekataran daerah Selo yang menginginkan mencari tempat untuk arena makrab, oubond, dan lain sebagainya. Dengan demikian, Jika outbond terkelola dengan baik dan tamannya terkelola dengan baik akan menimbulkan perputaran uang yang ada akan sangat potensial digunakan ke pembangunan sektor desa wisata yang lain. Konsep kedua kami adalah membuat wisata tradisional yang khas di desa Tinalah, yaitu numpak kebo. Wisata Tradisional di sini memanfaatkan sumber daya  yang ada yaitu kerbau sendiri. Nantinya numpak kebo di sini akan jadi menjadi icon tersendiri di desa Tinalah dan secara khusus akan membawa potensi profit bagi pengembangan desa wisata Purwoharjo. 

Konsep yang akan kami berterimakan adalah “Menghidupkan Desa Wisata Tinalah”. Konsep ini nantinya secara khusus membangun wirausaha kreatif di bidang outbond & camping ground dan membangun wisata tradisi numpak kebo yang secara jelas berbeda dengan tempat-tempat lainnya. Selain itu kami juga mengembangkan wirausaha berbasis sistem akuntansi yang memiliki beberapa macam pengendalian sehingga sangat profitable bagi keseluruhan sektor desa wisata Tinalah. Harapannya bagi kami, melalui wirausaha yang kami canangkan adalah sebagai sarana belajar bagi kami, dan kedepannya kami akan memiliki mental wirausaha yang sangat kuat. Selain itu ilmu akuntansi yang kita peroleh selama perkuliahan sangat bermanfaat bagi desa wisata ini. Di lain sisi bagi masyarakat desa wisata, ilmu, beserta profit berkepanjangan atas kerja sama  kedua belah pihak telah lakukan akan bermanfaat bagi kelanjutan usaha desa wisata Tinalah.

Comments

Popular posts from this blog

Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh (tokoh-tokoh penting Muslim)

Company Visit HMJA KOMISI FE UII 2014/2015

Unggah Ungguh Basa Jawa