Don't judge the book from the cover



Halo, apa kabar? sudah lama sekali, rasanya waktu untuk posting blog, alasannya adalah tertutup oleh kesibukan yang tiada akhir. Sekarang adalah libur semester 4, terkadang hawa-hawa blog memang selalu merindukan untuk ditulis kembali. Mari simak tulisan ini.

Yah sebelumnya mungkin sahabat pembaca agak sedikit memiliki harapan untuk membuat blog ini tersusun dengan redaksi yang lebih baik. Nah inilah perubahan yang akan saya coba masukkan dan terapkan di blog yang sudah saya buat sejak 2009 ini. Karena sebelumnya banyak kritikan bahwa kata-kata yang saya gunakan terlalu menjurus ke kejelekan atau "alay" serta tidak bagus.

Semester 4 kuliah di UII, adalah salah satu bagian krusial dalam kehidupan perkuliahan, motivasi saya ke Yogyakarta memang adalah untuk kuliah, kuliah, dan kuliah. Tapi tidak ada batasan agar pengembangan diri ke arah mana pun, asal itu baik. Begitulah yang saya serap dari keinginan orang tua saya.  

Lalu bagaimana lingkungan kuliah saya? pertanyaan yang cukup menarik untuk saya sendiri tarik garis ke belakang. Untuk kuliah, motivasi saya ya mencari ilmu, bukan lebih ke arah nilai. Karena saya menarik kesimpulan dari 2 semester yang lalu ipk saya lahir dari dosen-dosen yang cukup enak (dalam artian ilmu tidak pernah masuk dan gampang cari nilai). Kemudian berfikir lagi, saya dapatkan dosen-dosen yang sekiranya expert dan harus ada usaha untuk memperoleh ilmu. Mata kuliah yang saya sukai di semester 4 adalah statistika, dan yang saya cukup ekspektasi rendah adalah mata kuliah auditing. 

Sebenarnya ada satu hal yang saya garis bawahi, saya sebenarnya sanggup untuk mempelajari dan meraih nilai poin yang bagus atau dengan kata lain melawan ekspektasi rendah semester 4. Tapi ada hal penting lain yang harus saya pelajari, adalah ilmu non eksata, dan non akademik yaitu ilmu sosial dan ilmu kehidupan. Jawabannya bukannya saya di sini ingin menonjolkan satu sisi dan bahkan demi Allah saya tidak ingin ada yang menganggap saya sombong jawabannya adalah saya berada di posisi salah satu organisasi kampus ini. 

Organisasi ini mengajarkan banyak hal, dari cara mengerti orang lain dan mengesampingkan kepentingan dari operasional bahkan posisi kehidupan kita demi melayani dan memberi kepentingan dan mengayomi. Tantangan lain adalah terkait menghadapi hujatan-hujatan yang berupa gosip seolah-olah kita pihak yang diuntungkan yang sebenarnya pandangan itu tidaklah lurus. Dari situlah pelajaran kehidupan sikap kedewasaan terbangun. Bahkan dari situ saya bisa belajar dan tidaklah dari teori bahwa arti karakter kedewasaan, yaitu suatu cara berpikir, yang berulang-ulang dengan cepat, dan melihat suatu permasalahan dengan berbagai sudut, hingga memberikan keputusan yang tidak memihak mana pun. Itu poin penting yang saya petik saat ini. 

Satu hal penting lagi ada hal yang bisa diamati setelah masuk dalam kehidupan ini adalah kecenderungan orang menyikapi dengan tanpa melihat sisi yang lain. Banyak diantara yang mengaplikasikan "jugde the book from the cover". "terlihat eksklusif, terlihat sombong, terlihat sok sibuk, terlihat cari keuntungan, terlihat sok asyik". Pandangan-pandangan yang biasa didengar, biasa diucap tanpa pikir panjang. Memang sebenarnya ada hal yang sangat ingin saya pribadi ingin sampaikan kepada mereka yang biasa mencerca dan melihat dari sisi luar, "tolong, tolong, dan tolong ketika menilai seseorang lihatlah dari sisi yang lain banyak sisi. Satu sisi, dua sisi atau tiga sisi tidaklah cukup. Maksudnya ketika ingin berkata sesuatu tolong jangan sesegera langsung dijugde, jangan langsung dihakimi baik itu kita melihat baik atau buruk. Indonesia adalah negara gemar menerima issu dan gosip, budaya tersebut melekat dari diri sejak dini, alasan itulah yang membuat isu tak sedap menyebar hingga akhirnya efek buruknya adalah putusnya hubungan tali silaturahim, dan di tingkatan bermasyarakat bisa pecahnya persatuan antar masyarakat" 

Ilmu sosial yang bisa saya ambil lagi adalah mereka yang berani mengambil suatu putusan, menganggap masalah, mereka lahir dari suatu perkumpulan, mereka lahir dari suatu kelompok, dan dalam istilahnya adalah punya masa dan mendukung mereka. Ketika mereka sendiri, mereka bukanlah suatu masalah karena tidak bisa mempengaruhi lainnya. Namun, ketika mereka memiliki kelompok itulah mereka, kekuatan yang bisa membuat masalah semakin besar.

Pendapat yang saya utarakan di atas adalah bukan suatu permasalahan yang saya anggap serius, percayalah saya orang mudah lupa akan pemikiran saya sendiri. Ini hanya pengamatan dan syukur jika itu bisa jadi pembuka pikiran masyarakat Indonesia, karena akar-akar ini lahir, dan berakhir di pemenangan kepentingan di satu kelompok, inilah seperti fenomena yang kita alami yaitu partai politik, mereka tidak memandang ketuhanan, "money politic, fitnah, cercaan, korupsi" saya rasa bibit-bibitnya adalah dari sikap perilaku karakter dari dini, dan inilah budaya kita, kita tidak akan sanggup melawan perilaku seperti yang saya amati. (yufi/22/07/2014)

Comments

Popular posts from this blog

Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh (tokoh-tokoh penting Muslim)

Company Visit HMJA KOMISI FE UII 2014/2015

Unggah Ungguh Basa Jawa